Kecerdasan IQ, EQ, dan SQ Harus Seimbang; Pentingkah?

Selasa, 31 Oktober 2023 15:47 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kecerdasan manusia terdiri dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini saling berhubungan atau berkaitan.

Charles Spearman dan Thurstone melakukan penelitian dan berdasarkan hasilnya terdapat kecerdasan yang disebut IQ atau Inteligen Quotient. IQ atau kecerdasan intelektual merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir atau mendapatkan sebuah ide. Tokoh Barat, Goleman menemukan kecerdasan lainnya yaitu kecerdasan emosional atau EQ. EQ merupakan kemampuan seorang individu dalam mengolah perasaan baik secara pribadi ataupun kepada orang lain.

Setidaknya 80% keberhasilan seorang anak dipengaruhi oleh EQ dan EQ tidak dipengaruhi oleh faktor bawaan, sehingga para orang tua dapat mendidik serta membentuk EQ seorang anak. Dan Danah Zohar serta Marshall juga riset yang dilakukan oleh Mishael Persinger dan V.S Ramachandran menemukan adanya titik God spot atau yang disebut dengan kecerdasan spiritual. SQ adalah titik puncak dalam sebuah kecerdasan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun mengapa IQ, EQ, dan SQ harus seimbang?

Ya, IQ, EQ, dan SQ harus seimbang karena  tiga hal tersebut saling berkaitan atau berhubungan. Dimulai dari IQ yaitu kecerdasan intelektual individu, seorang individu akan berpikir mengenai suatu hal. Keadaan berpikir ini dipengaruhi oleh kecerdasan emosional yang akan berdampak pada hasilnya. Apabila kondisi emosional seorang individu tidak baik, maka ia tidak akan menyerap suatu hal dengan baik. Serta berkaitan dengan kecerdasan spiritual, kecerdasan spiritual akan mencerminkan bagaimana cara mengatasi masalah yang dilalui atau problem solving.

SQ merupakan titik dari kecerdasan atau SQ adalah aksi atau tindakan atau menjalani sebuah ide yang dipikirkan, karena SQ ialah hubungan langsung antara manusia dengan Tuhan dan dengan SQ kita bisa menentukan tujuan hidup. 

Contohnya ialah ketika seseorang menduduki bangku sekolah, mereka akan menjalani proses belajar di kelas. Apabila seorang anak menjalani proses belajar dengan kondisi emosional yang tidak baik atau sedang dalam mood yang buruk maka ia tidak bisa memahami pelajaran dengan baik.  Contoh lainnya adalah seorang anak yang hidup di pedesaan atau tempat tinggal yang jauh dari Kota. Kita tidak tahu apakah mereka pintar atau berapakah IQ yang dimilikinya.

Namun, mereka cenderung lebih kreatif atau tidak mudah menyerah. Mereka menjalani hidupnya dengan mendapatkan berbagai macam cobaan. Cobaan-cobaan ini yang memaksa mereka untuk bisa mengatur emosi yang dimiliki serta menjalani sebuah aksi atau mengatasi masalah yang dihadapi. Secara tidak langsung, mereka belajar untuk mengatur kecerdasan yang dimiliki. 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dirda Adha

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua